Awal Mulanya Menulis... (1) Dyah Apriliani

Awalnya, nggak pernah kepikiran untuk menulis 'Suka-Duka Dalam Menulis' yang gue alami. Saat dapat salah satu inbox facebook dari salah satu teman dunia maya yang minta diceritain, kurang lebih kayak gini isinya, 'Kenapa si kamu nulis? Ceritain dong awalnya itu kayak gimana." Nah, setelah baca inbox itu, gue akhirnya memutuskan untuk menceritakannya lewat blog ini. Semoga cerita ini dapat memberikan manfaat, juga tambahan semangat untuk teman-teman. Mungkin, ini hanya cerita biasa yang 'semua orang tuh bisa ngalamin'. Tapi, cerita ini gue tulis berdasarkan sudut pandang gue, semoga masih berminat untuk melanjutkan baca sampai akhir. Saran gue, siapkan secangkir teh hangat atau susu hangat untuk nemenin baca, karena apa? Teh dan susu adalah minuman kesukaan gue. Hahaha /Gak nyambung/.

Cerita ini, mungkin akan gue jadiin dua postingan, khawatir akan terlalu panjang dan ngebuat kalian bosen. Okelah, daripada terlalu lama ngulur waktu, langsung mulai aja, yaps.

***

Perasaan gue, dari kecil sejak duduk di bangku SD, gue itu nggak suka baca buku cerita/novel gitu. Boro-boro baca, liat buku yang tebelnya lebih dari 200 halaman aja udah males. Sampai waktu itu, di SD yang pernah gue jadikan tempat belajar itu, SD Negeri Bencongan II, dibukalah perpus (dulunya ruangan ini UKS sekolah). Tempatnya sempit, apek, banyak debu. Pokoknya nggak bisa disebut tempat yang nyamanlah. Walau tempatnya kurang nyaman, tapi para murid antusias nyambut perpustakaan baru itu. Gue juga dulu mampir kesana, bareng temen-temen, ngambil buku cerita rakyat secara asal yang halamannya udah menguning, ada bercak-bercak, dan banyak debu. Makin males aja rasanya baca buku. Kayaknya baca buku itu nggak seru banget.

Sampai akhirnya waktu membesarkan gue. Gue dapat SMP Negeri yang ada di Kabupaten (nggak jauh dari rumah), namanya SMP Negeri 1 Kelapa Dua. Gedung sekolahnya bagus, tingkat dua, warna catnya juga cerah, perpaduan warna kuning tua dan peach. Di SMP itu juga ada perpustakaan, sayangnya hanya dipakai untuk menaruh koran-koran aja. Nggak ada buku bacaan novel gitu. Padahal tempatnya luas, tapi kosong kalau kita mencoba untuk masuk. Terkadang, tempat itu dijadikan tempat untuk murid yang lagi mau ujian susulan (soalnya gue juga pernah ujian susulan gara-gara sakit DBD waktu itu).

Masih tahu, kan, kalau gue itu nggak suka baca buku gitu. Sampai-sampai, kalau ke gramedia pun, jarang banget beli buku. Dulu, orang tua juga jarang beliin buku dan nganggap harga buku itu masih terlalu mahal. Kalau pun gue mau beli, gue diminta untuk nabung dulu. Nanti, kalau uangnya udah kekumpul sekian, barulah orang tua mau nambahin sedikit. Begitu peraturan dari mereka.

Sampai pada suatu hari, gue berpikir. Gue udah makin besar aja, udah kelas 1 SMP. Berarti, bentar lagi gue SMA, terus kuliah. Terus, gue mau jadi apa, ya? Terus, nanti kalau udah semakin besar, bakal banyak biaya yang diperluin, uangnya dapat dari mana, ya? Kan, belum tentu orang tua itu selalu punya uang. Berangkat dari pemikiran itu, gue jadi ngerasa pengin kerja. Gue tanya ibu gue, apa ada pekerjaan buat gue, terus tanya ke kakak pertama gue. Kata mereka, mana ada pekerjaan buat anak kelas 1 SMP. Mau kerja apaan... gitu katanya. Karena gue ngerasa keseharian gue terlalu membosankan waktu kelas 1 itu, gue terpikir buat melakukan kegiatan yang menghasilkan uang.

Dan, saudara gue datang bak setetes air yang hadir di tengah gurun pasir. Dia masuk kamar gue, ngeluarin buku dari tasnya. Buku KKPK, kalau nggak salah, gue masih inget judulnya, 'Soulmate'. Kavernya warna pink-putih gitu, penulisnya masih umur 9 tahun.

"Nih, aku pinjemin buku. Kamu baca aja, ini yang nulis masih umur 9 tahun, lho," kata saudara gue sambil ngasih buku itu.

Lihat kavernya yang agak girly bikin penasaran juga sih, apalagi judulnya. Tapi, yang bikin lebih penasaran lagi, itu lho, YANG NULIS MASIH 9 TAHUN! GILAAA.. DIA MASIH KECIL TAPI UDAH PUNYA BUKU?

Akhirnya, gue pinjemlah tuh buku. Gue baca dan gue langsung suka. Ternyata KKPK itu artinya 'Kecil-Kecil Punya Karya' terbitan DAR! Mizan. KKPK menerima naskah yang ditulis oleh anak berumur dibawah 12 tahun. Dari situ, gue mulai kepikiran untuk bikin buku juga. Pernah nggak, ketika kalian selesai baca buku, kalian berpikir begini, "wah, bukunya bagus. Gue bakalan bikin yang lebih bagus dari ini, ah."

Beberapa hari berikutnya, tepat pas weekend, gue diajak jalan-jalan ke toko buku. Nah, di situ gue muter-muter di daerah buku anak. Gue nemu KKPK, tapi belum sempet beli karena tahu kan, kalau mau beli buku gue musti nabung dulu. Lagian, gue juga nggak berencana untuk beli buku.

Ada salah satu buku yang menarik perhatian ketika gue melewati rak buku anak. Judul bukunya, 'Mengarang, Yuk!' karya Yenni Yuniar. Kaver bukunya seorang perempuan berkacamata dengan raut wajah senang di depan laptop. Kavernya menarik banget. Ketika gue lihat pun, ada sebuah perasaan yang menyelinap ke relung hati. Mendadak tanpa dikomando, tangan gue meraih tuh buku dan dengan semangat gue tunjukkin tuh buku ke ibu gue yang lagi ada di rak buku masakan.

"Mah, mau beli buku." Kata gue waktu itu.

"Tumben. Beli buku apa? Pake uang sendiri, ya." katanya wanti-wanti. Nggak, ibu gue nggak pelit kok sebenernya. HAHAHA...

"Ini, pengin belajar mengarang. Kali aja bisa dapet uang kalau nulis."

"Dek, kalau nulis gini perlu latihan. Nggak bisa langsung bagus."

"Iya, makanya mau beli dulu."

"Yaudah, punya uang berapa?" tanya ibu gue akhirnya.

Buru-buru gue ngaduk-ngaduk kantong celana, dan menemukan satu lembar uang sepuluh ribu dan lima ribu. Gue pun ngasih ke ibu gue sambil nyengir. Ibu gue lihat harga di belakang buku itu, "mahal banget bukunya," katanya. Harganya Rp. 35.000, kok. Hehehe ^_^

- - - -

Gue baca bukunya di rumah, isinya sederhana tapi mampu menghipnotis. Rasanya, gue pengin banget langsung jadi penulis! Mencurahkan segala imajinasi dan meracik cerita sesuai kehendak yang kita inginkan sendiri! Kakak pertama gue yang tahu keinginan gue saat itu bilang, "Sini, kamu buat cerpen, nanti Agilang baca ceritanya dan kasih komentar."

Oke! Setuju! Gue buat cerpen pertama kalau nggak salah judulnya, 'Kado Terindah Lily'. Kakak pertama gue waktu itu baru keterima di PLN, jadi sampai rumah habis isya. Gue musti nunggu kalau mau denger komentarnya. Nah, akhirnya, cerpennya bisa dibaca dan kakak gue kasih komentar kayak gini, "wih, ini bagus nih cerpennya! Padahal baru aja mulai, tapi cerpennya bagus. Ya, walau masih harus latihan lagi, sih. Kekurangannya cuma ide ceritanya aja, masih terlalu biasa." Gitu kata kakak gue. Sebagai awalan, gue ngerasa terbang banget ketika kakak gue bilang cerpennya bagus. Gue jadi makin optimis dan semangat. Sampai akhirnya di cerpen-cerpen selanjutnya, kakak gue selalu memuji dengan bilang ceritanya bagus. Daaaaan... gue pun baru menyadarinya akhir-akhir ini, kalau itu tuh sebenernya cuma buat biar gue tambah semangat aja. Hahahaha... Soalnya, pas dibaca ulang, masih banyak kekurangannya :"")

Kakak gue emang selalu tahu hal yang gue butuhkan.

----
Di akhir tahun 2010, dari info di facebook yang gue dapat, gue akhirnya bergabung untuk belajar menulis cerpen di Rumah Pena. Lembaga pengembangan bakat yang didirikan oleh Mbak Achi-TM. Singkat cerita, tiap hari sabtu sepulang sekolah, gue akan ke sana. Belajar membentuk sebuah cerita pendek, mulai dari plot, alur, penokohan, amanat, dll. Intinya, unsur instrinsiknya.

Ada perkataan Mbak Achi yang selalu gue ingat, katanya gini, "ketika kita menulis, lupakanlah semua teori yang dipelajari. Menulislah apa yang ada dipikiran, jangan sampai teori-teori nulis itu malah menghambat tulisanmu. Karena kamu bisa mengeditnya lagi setelah tulisan selesai."

Nah, jadi kalau kalian mau nulis, TULIS SAJALAH APA YANG ADA DI KEPALAMU! KARENA TIDAK ADA YANG SEMPURNA DI AWAL. Karena kita masih belajar, Frends. Yang terpenting, selesaikanlah tulisanmu.

----
Waktu pun terus berlanjut hingga gue naik ke kelas 8. Ah, ya. Gue dapat hadiah manis dari kegiatan menulis ini waktu kelas 7. Salah satu cerita pengalaman gue dimuat di Koran Kompas Anak yang terbit di hari minggu. Judulnya, 'Potong Rambut Gratis'. Sebenarnya, itu based on true story, kok. Karena saat itu, lagi ada razia rambut yang gondrong di sekolah. Temen-temen cowok di kelas pada kena, bukannya malu atau apa, ada salah satu temen yang minjem gunting yang dibawa guru itu. Dan, dia minta temennya buat potongin rambut belakangnya, karena nggak rata bekas potongan guru. Hahahaha... intinya gitu, sih. Dan, dari situ, gue mendapat honor pertama gue. Uangnya dipake buat bayar les bahasa inggris dan buat beli kue :"") hahaha...

Di kelas 8, gue ketemu temen-temen asik. Orangnya hebat-hebat, keren, seengaknya itu menurut gue. Terus, ada temen gue, Otik, bawa buku KKPK kalau nggak salah judulnya 'Cermin Misterius' atau apa itu yang gambarnya ada cerminnya hehehe :D Sama bawa buku PBC judulnya 'Basket is My Game'. Otik yang dulu sempat satu kelas di kelas 7, langsung ngenalin buku itu. Gue yang gak asing sama KKPK dan PBC (waktu itu sempat liat di internet kalau PBC terima naskah para remaja), yaa langsunglah ceriwis nanya-nanya tentang KKPK dan PBC. Ternyata, Otik emang suka baca buku-buku PBC dan KKPK. Dia bilang, "Dyaaah, kamu kan suka nulis. Nih, coba kirim kesini. Ini yang nulis pada masih kecil, lho."

"Otik, tapi kayaknya aku nggak bisa nulis di KKPK, deh. Soalnya udah nggak 12 tahun lagi."

"Yaudaah, di PBC aja. Nih, baca nih persyaratannya. Umur 13-16 tahun. Cepetan kirim, mumpung masih bisa!"

"Hahaha.. ah, tapi, belum yakin nih bisa nulis novel. Jumlah halamannya banyak gitu, kan. Tapi, bolehlah nanti aku coba."

Gue nggak main-main kok dengan ucapan gue itu, gue bener-bener mencobanya. Kebetulan, saat itu, sekitar tahun 2011, gue udah naik level di rumah pena, yaitu level nulis novel. Dan, gue pun udah setengah jalan nulis novel itu. Novel yang sekarang udah menjelma menjadi sebuah buku yang baru terbit di serial PBC judulnya Surprise In Hokkaido. (dicari yaa dicarii di toko buku! hihihi) :) Nah, bisa juga kalian mampir ke sini nih: Dibalik Pembuatan PBC: Surprise In Hokkaido

Ini 2 alasan gue menulis (sebenarnya masih ada beberapa, tapi mulai makin panjangan postingannya, takut kalian bosan ;_;)
pertama, karena ini merupakan kegiatan positif yang banyak banget manfaatnya, apalagi di jaman yang makin maju, yang makin gak karu-karuan anak mudanya. Gue gak pengin kayak gitu, ngehabisin waktu dengan hal yang sia-sia. Jadi, menurut gue, menulis itu suatu kegiatan yang positif! Yang keren pula, karena bisa menghasilkan.
kedua,  gue anaknya bandel waktu SD (tapi sejak kelas 4 masuk 3 besar terus, lho :")). Sukanya berantem sama temen. Tapi, kalau pelajar MTK nggak bisa, ngitung-ngitung sulitnya setengah mati, sampai pas SMP kelas 7 di kelas dijadiin tolak ukur kalau Dyah ngerti materi ini gurunya bakal lanjut ke materi selanjutnya. Hahaha /ini serius/. Awalnya, gue pikir, nih guru perhatian banget sama gue. Pas gue cerita ke ibu gue, kata ibu gue, "itu berarti kamu yang paling dodol di pelajaran dia." wakakakak... /aku rapopo kok, aku kan kudu strong/ hahaha -_- Terus, mulailah gue dibanding-bandingin sama kakak pertama gue yang selalu masuk 5 besar di SMA nya waktu itu, jago MTK, Fisika, Kimia, dll... gue suka dibilang, beda banget sama kakak gue. Hm... Oke, gue akan membuat kita terlihat sama dengan berprestasi di bidang yang lain. Akhirnya, karena gue mulai suka nulis, gue pun memfokuskan untuk berprestasi dalam bidang ini. Bidang yang gue suka.

Gak nyangka juga, yang awalnya nggak suka baca buku cerita, eh udah segini aja koleksinya :)) Nggak banyak sih, tapi masih ada beberapa yang dipajang di bawah meja komputer.


Beberapa koleksi buku Dyah Apriliani


Frendss, ketika niat untuk mencoba udah membulat menjadi tekad, segala rintangan pasti bisa teratasi!

*Tunggu lanjutannya yaa dipostingan selanjutnya~ ^_^

14/11/2014.








Komentar

Postingan populer dari blog ini

[REVIEW BUKU-SHOOTING STAR BY VERONICA GABRIELLA]

RESENSI FANTASTEEN SCARY-HALTE ANGKER- BY DYAH APRILIANI

[REVIEW] NOVEL MR AND MRS WRITER BY ACHI TM