DIBALIK PEMBUATAN PBC: SURPRISE IN HOKKAIDO!

Jangan lupa dicari ya, bukunya! ^^ Simak kisah Dian dan Akiko di buku ini

Daaan, akhirnya kembali lagi menulis tentang kisah dibalik pembuatan novel kedua gue yang baru aja terbit di serial Pink Berry Club, DAR! Mizan. Judulnya adalah... Surprise In Hokkaido! \(^0^)/

Alhamdulillah, di bulan September yang ceria itu, buku kedua gue kembali lagi hadir meramaikan toko buku. Begitu banyak komentar dari teman-teman, baik di dunia nyata, dunia maya, dan dunia lain  yang gue dapat.

"Buset, yang pertama aja gue belom punya, udah ada yang kedua aja."

"Kok bisa, sih... Terbitnya cuma berturut-turut gitu..."

"Dy, enak banget sih, lo."

"Kakak hebat banget, tahun ini udah nerbitin langsung dua novel!"

"Wah, keren Dyah. Nanti ya, gue beli langsung dua-duanya."

"Buku lo udah dua? Gue sih sebenernya nggak suka baca novel gitu, tapi karena lo temen gue, yaudah nanti gue beli ya kalau uangnya udah ada."

Dan, sebagainya... komentar-komentar yang sebenernya intinya sama, hanya saja dikemas dalam tata bahasa yang berbeda. Oke, di postingan kali ini gue mau menceritakan sedikit tentang pembuatan naskah novel ini. Dibalik pembuatan naskah ini, agak sedikit berbeda dengan penulisan naskah PBC: I Miss You, Dad! Yang ini ngerjainnya benar-benar fun, walau sama-sama memerlukan niat yang kuat dan semangat yang seperti baja, sih. Hehehe... Sip, untuk mempersingkat waktu, begini ceritanya...

***

Pada bulan Desember 2010, gue resmi jadi salah satu murid kursus menulis cerpen di lembaga pengembangan bakat, Rumah Pena, yang dibimbing oleh Mbak Achi TM. Kalau yang belum tau Mbak Achi TM ini siapa, bisa langsung searching di google, atau cari di facebook dan twitter. Yang pasti, Mbak Achi ini seorang penulis novel, cerpen, juga skenario. Widih, mantep banget, kan :D

Mbak Achi TM, pemilik Lembaga Pengembangan Bakat Rumah Pena.

Nah, sebagai murid kursus menulis, ada tahapannya juga. Yang pertama, menulis cerpen.

Frendss, kalau kalian pengin nulis novel, kalian mustiiii latihan untuk nulis cerpen juga, ya. Jangan langsung nulis novel yang membutuhkan halaman lebih banyak dari cerpen. So, biasain diri kalian untuk menulis cerita-cerita pendek, lalu bertahap berlatih membuat novel.

Setelah 3 bulan berlatih menulis cerpen (juga dikasih tau cara pembuatan karakter tokoh, alur, dll) akhirnya gue tiba di awal maret. Ternyata, awal maret adalah waktunya gue naik ke level lebih tinggi lagi. Yaitu, membuat novel. Jeng jeng jeng...

Gue benar-benar buta waktu itu, benar-benar gak tahu nulis novel itu kayak gimana. Awalnya harus kek gimana, terus bab-bab dalam novel itu maksudnya apa... kenapa harus pakai bab-bab. Mbak Achi pun menjelaskan semua itu sampai gue paham. Okelah, gue akan mencobanya. Setelah gue ngerti dengan maksud bab-bab dalam novel, akhirnya gue menargetkan per bab itu gue akan menulis 8-10 halaman. Mbak Achi menugasi gue untuk mencari ide cerita dari novel yang mau gue tulis. Gue pun merenungi ini. Bahkan, saking gue pusing dan bingung, gue mencurahkan kegalauan hati ini ke teman sekolah pas jaman SMP dulu. Gue curhat, tentang masalah *tsaah* yang sedang gue hadapi.

Teman-teman ngedukung, dan akhirnya kita sharing kira-kira cerita yang seperti apa yang harus gue tulis. Nah, saat itu, banyak juga teman-teman di kelas yang sukaa banget sama Jepang, mulai dari anime, lagu, dan budayanya. Kebetulan juga, saat itu, di bulan Maret 2011, ada sesuatu yang happened banget di Jepang. Masih inget kejadian apa itu? Kalau mau tahu, kalian bisa baca di buku PBC: Surprise In Hokkaido :D *eaa eaa promosi*

Setelah berdiskusi seru, gue pun mengusulkan sama dua orang teman yang gue ajak ngobrol itu, namanya Dian Puspita Chandra dan Astri Yohana Putri. Mereka adalah dua tokoh yang ada di buku Surprise In Hokkaido. Dian P.C. sebagai tokoh Dian, dan Astri Y.P. sebagai tokoh Akiko. ^_^ Hehehe... karakter Dian gue buat mirip dengan Dian yang ada dikehidupan nyata, dan tokoh Akiko juga lumayan mirip, walau tetap ada bumbu fiksi di dalamnya. Mereka berdua setuju dan pernah bilang, "oke, aku tunggu yaaaa novelnya. Novelnya harus jadi." Nah, berawal dari situlah, gue mulai menggarap naskah novel ini. Gue ambil kota Hokkaido sebagai latar tempatnya.

Mengambil setting luar negeri membuat gue harus bolak-balik mengunjungi google, juga harus menyimpan foto-foto tentang kota Hokkaido di komputer, biar memudahkan gue untuk menggambarkan suatu tempat secara men-detail. Dan, setiap minggunya, yaitu pada hari Sabtu pukul dua siang, gue bakal datang ke Rumah Pena. Untuk membedah naskah novel ini per bab. Jadi, ditargetin seminggu itu satu bab. Kalau bab kemarin yang ditulis masih ada yang harus direvisi, kita harus merevisinya dan akan dibahas di minggu selanjutnya. Begitu seterusnya sampai oke. Kalau dianggap sudah oke, baru Mbak Achi akan meminta kita untuk menulis bab selanjutnya.

Harus ada yang kalian ingat, nggak ada sesuatu yang sempurna di awal.
Jadi, gue sangat yakin, kalau di bab pertama naskah novel gue ini pasti masih banyak kekurangan. Terbukti dari komentar Mbak Achi yang juga langsung memberikan solusi, seharusnya dibagian awal ini tempatnya perkenalan dan juga sisipkan sedikit konflik yang akan membuka konflik selanjutnya, juga agar pembaca makin penasaran untuk mengikuti.

Mbak Achi juga berpesan, "ketika kita menulis, kita lupakan semua teori yang udah kita pelajari. Kita action aja, tulis apapun yang ada dipikiran, apa yang mau dituangkan. Jangan terlalu banyak mengedit, yang ada kamu malah bingung dan akhirnya tulisanmu nggak akan kelar. Tuliskan juga dengan perlahan-lahan, santai tapi tidak bertele-tele, nikmati setiap proses menulisnya."

Duh, itu tuh bener banget! Waktu itu, gue masih kelas 2 SMP dan rasanya tugas sekolah itu nggak bisa ditinggal. Jadilah, gue sempet keteteran pas ngerjain naskah novel ini. Pernah, gue ngebut nulis satu bab yang isinya berkisar 8-10 halaman dalam waktu 3 jam-an! Jadi, pas itu hari sabtu, pulang sekolah jam 9.15 dan jam 10 gue ngetik di komputer dan selesai pas jam satu lewat. Buru-buru gue siap-siap buat ke Rumah Pena. Dan, setibanya disana... bab yang gue tulis pastinya dibaca dulu, dikasih masukan. Kata Mbak Achi, "Ini kamu nulisnya lagi buru-buru, ya?"

glek.

Akhirnya, gue bilang aja kalau emang baru sempet nulis tadi pas pulang sekolah. Dan, Mbak Achi tahu, karena katanya naskah gue di bab ini terlalu kecepatan alurnya. Nggak bisa dinikmati gitu. Ya, oke. Mbak Achi kasih masukan buat gue di bab ini.
Harus gue akui, ternyata capek juga lho, nulis kayak gini, revisi bolak-balik. Ngeprint juga, kan. Tapi, gue inget kata Mbak Achi, kita harus memberikan yang terbaik. Makanya, karena ini naskah pertama yang gue tulis, gue mau memberikan tulisan yang terbaik juga.

Tapi, ditengah-tengah keletihan ngerevisi naskah ini, gue juga mendapat suntikan semangat tiap kali berangkat sekolah. Kalian tahu? Pas nulis naskah ini, gue menulisnya dengan semangat membara sebenarnya. Karena pada saat itu, gue sedang...


Jatuh cinta.


Oke, mungkin bukan jatuh cinta juga, sih. Cuma lagi suka sama orang yang tak sewajarnya *plak, apa ini hahaha*. Nggak perlulah gue tulis namanya dengan huruf kapital, nggak perlu jugalah gue menceritakan awal-mula gue menyimpan ketertarikan pada dia, yang pasti saat itu, gue suka sama dia karena pertama, dia orangnya cuek dan jail. Kedua, dia sombong dan sok (dalam segala hal). Ketiga, dia sombong. Keempat, dia sombong. Kelima...

Hahaha.. intinya, menurut sudut pandang gue, dia itu orang yang sombong. Lagaknya itu, lhooo... Dan, saat itu entah kenapa, rasanya gue pengin nunjukin sesuatu yang bisa gue banggain ke depan dia, ke hadapan dia. *ini sumpah gaje banget, ya* Jujur sejujurnya, tiap kali inget wajah tuh orang, jemari bergerak lebih cepat dari biasanya, terus pas nulis jadi lancarrr gitu.

Dulu, motivasi gue untuk nulis adalah, "pengin ngebuat orang yang aku sayang bangga sama aku." Secara yaaa, gue itu anaknya emang rese dari kecil, nggak ada sesuatu yang bisa dibanggainlah kata ortu mah. Beda sama kakak gue yang lebih pinter, cakep, dll :"v Hahaha...

Terusss, rasanya pengin juga bikin tuh anak sombong *eh ._. bangga juga sama gue. Tapi, kayaknya hal itu nggak akan pernah terjadi. Kan udah gue tulis, kalau dia orangnya cuek. Jadi, mana peduli sama apa yang udah dilakuin sama orang yang pernah suka sama dia ada dilingkungan dekatnya?

Dan, yang pasti... gue pengin bikin Dian sama Astri senang juga. Dan, sebagai ungkapan terimakasih, gue terus melawan rasa malas untuk terus melanjutkan novel ini. Dan, kisah di novel ini berakhir pada halaman 98. Tanggal 28 Oktober 2011.

Terus, naskah novel ini gue endapkan, eh diendapkannya malah berbulan-bulan. HAHAHA... Terus, pas bulan Mei 2012 akhirnya gue mengirimkan naskah novel ini ke PBC (Setelah melakukan revisi tentunya), target awal ngirim emang ke PBC. Ini adalah novel pertama yang gue tulis, dan novel pertama yang paliiiinnngg lama gue tulis. Dari Maret 2011-Oktober 2011.

Pokoknya, banyak banget orang menginspirasi dan memotivasi dibalik pembuatan naskah novel ini. Terutama, Mbak Achi TM, terus teman sekelasku, Dian dan Astri. Semoga kalian senang baca novel ini ;"D selalu sedih kalau inget teman-teman SMP, nggak nyangka aja sekarang udah kelas 3 SMA dan waktu rasanya berlalu teramat cepat.

Buat yang mau tahu, Dian dan Astri itu seperti apa, gue bakal kasih tau fotonya. Mereka itu nyata, bukan maya. Mereka itu sosok yang hadir di novel kedua gue, Surprise In Hokkaido. Terimakasih untuk segala ide dan dukungan yang kalian berikan ^^


Dian Puspita Chandra bareng buku PBC: I Miss You, Dad! Terimakasih, Dian :")






Yap, Astri Yohana Putri, yang pakai jaket. :")

Sebelum postingan ini benar-benar berakhir, mendadak suasana hati jadi melow. Masih nggak bisa percaya ajaaa gitu, ternyata novel ini bisa terbit juga. Untuk yang udah baca, terimakasih banyak ya, gue tunggu komentar membangun juga foto selfie kalian ^^

Terakhiirrr yang benar-benar terakhir, hehehe... Buat kalian yang suka nulis, lanjutkan itu! Jangan pernah putus asa saat nggak ada ide. Ngobrol bareng teman, sharing pengalaman atau kejadian seru, juga bisa mendatangkan ide. Awal gue nulis naskah ini kan, juga dari ngobrol bareng Dian sama Astri ^_^ Semangat terus, Frendss!

Dia yang mau berusaha lebih keras dan lebih seringlah, yang akan lebih cepat meraih segala impian yang diinginkannya.


21.50 PM, 22/10/2014.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

[REVIEW BUKU-SHOOTING STAR BY VERONICA GABRIELLA]

RESENSI FANTASTEEN SCARY-HALTE ANGKER- BY DYAH APRILIANI

[REVIEW] NOVEL MR AND MRS WRITER BY ACHI TM