DIBALIK PENULISAN PBC: LET'S MAKE A WISH!
"Ini buku yang ke berapa? Hah, ketiga? Yang kesatu sama kedua aja belum baca!"
"Terbit di seri PBC lagi, Dyah? Ih, kok bisa, sih?"
"Kok bisa dalam satu tahun terbitnya tiga gitu?"
"Kak, keren, deh. Selamat, ya..."
"Kak, kavernya lucu..."
"Ini buku kamu yang baru? Sini, Ibu mau beli."
***
Setelah lama nggak ngepost lagi, akhirnya ketemu juga kesempatan indah ini <3 Yeay! Sama seperti yang sudah-sudah, setiap buku gue yang terbit, akan gue tulis kisah dibalik penulisannya. Tujuannya sih, hanya ingin berbagi pengalaman aja (apalagi sering banget gue ketemu pengalaman buruk pas lagi nulis. Bukan bermaksud ingin bilang, 'liat nih, gue bisa sukses, masa lo nggak?'. Tapi, lebih ke, 'liat nih, gue pernah melakukan kesalahan di sini, jangan sampai lo ngelakuin kesalahan itu juga.' Simple. Hehehehe...
Btw, kalian udah baca kisah dibalik penulisan PBC: I Miss You, Dad! & PBC: Surprise In Hokkaido, belum? Kalau belum, silahkan mampir ke sini, yaaa: Dibalik Penulisan PBC: I Miss You, Dad! & Dibalik Penulisan PBC: Surprise In Hokkaido
Buku solo ketiga ini jadi penutup sekaligus pembuka tahun yang teramat manis. Dengan kelahiran cantiknya di akhir bulan Desember, tentu jadi suntikan semangat buat gue untuk menempuh tahun 2015 yang penuh dengan resolusi yang udah gue siapkan. Kavernya cantik banget, dan buku ini hadir dalam tampilan yang berbeda. Di kaver bukunya, ada tagline 'Dalam Cita Kami Bercerita', itu tagline baru dari Pink Berry Club. Bukan hanya itu aja, tapi ada yang berbeda di bagian dalam isi buku.
Apa itu?
Itu apa?
Apa hayo?
Hayo apa? *Krik*
Kertasnya! Kalau biasanya buku-buku terbitan DAR! Mizan seri PBC ini dicetak pakai kertas hvs, tapi sekarang berubah jadi bookpaper. Kertasnya burem, lebih ringan, dan wanginya khas. :) Buat yang penasaran apa aja sih, perubahan di buku terbitan PBC, yuk cari buku-buku PBC yang baru terbit, salah satunya kalian bisa beli buku PBC: Let's Make a Wish, karanganku :)
Selanjutnya, untuk proses penulisan itu sendiri tergolong mudah dan tanpa hambatan yang berarti, sih :). Karena sebenarnya, ide cerita ini muncul ketika bulan april 2012, menjelang UN gitu deh, di bulan Mei 2012. Lagi-lagi, tokoh-tokoh di cerita itu memang ada di dunia nyata. Tokoh utamanya ada Bintang dan Bulan. Dan, untuk tokoh-tokoh pendampingnya (teman-temannya Bintang) itu karakternya mirip banget sama beberapa temen SMP gue saat itu, hanya saja namanya yang diubah.
Untuk tokoh Bulan, karaternya mirip sama temen gue yang sohiiib banget, mulai dari suka gambar, sampai pernah berminggu-minggu gak masuk sekolah karena sakit. Penyakitnya inilah yang ngebuat dia terkadang pakai baju model Turtle Neck. Kalian bakal tahu alasan dia pakai baju Turtle Neck , hanya di buku PBC: Let's Make a Wish! :)
Untuk tokoh Bintang, sebenarnya awalnya nggak mau dikasih nama Bintang. Awalnya mau dikasih nama Kejora atau Kiran gitu, deeeh... (hahaha). Tapi, saat itu, ide untuk nulis novel ini hanya sebatas ada di dalam pikiran dan belum di realisasikan (karena gue nulisnya itu setelah pengumuman kelulusan UN SMP). Saat itu juga, gue lagi sibuk-sibuknya buat masuk SMA Negeri. Ortu sih dari awal udah yakin, gue bakalan masuk swasta. Tapi, kan gue belajar tuh pas sebelum UN, dan udah berusaha memberikan jawaban terbaik dan sebisa gue pas UN (no cheated yang pasti). Nih ya, buat kalian yang mau ujian kek gitu, nggak usahlah kalian beli-beli kunci jawaban yang belum tentu benar. Soalnya waktu itu, di sekolah pun sebelum ujian, rame banget yang beli kunci jawaban. See? Rata-rata anak yang membeli kunci jawaban nggak dapat hasil NEM yang maksimal.
Emang sih, NEM yang gue dapet nggak besar. Hanya 36,65. Tapi, itu cukup untuk mengantar gue menuju Sekolah Negeri yang sekarang menjadi tempat gue menuntut ilmu, SMA Negeri 5 Tangerang :). Nah, waktu itu, pendaftaran kan, via online. Jadi, musti banget kita pantau nama kita di web itu selama tiga hari, apakah nama kita tergeser atau nggak. Di hari pertama, jam 2 siang, nama gue langsung ketendang dari SMA N 7 Tangerang (sekolah pilihan pertama gue), dan ternyata, bertahan sampai hari ketiga di SMA N 5 Tangerang. Padahal, akan sangat sulit untuk masuk di sekolah kota, karena SMP gue itu termasuk wilayah Kabupaten. Dan, hanya 5% yang akan keterima dari wilayah Kabupaten untuk sekolah di Kota. Tahu nggak? Gue hampir ketendang, tapi saat itu, ada satu nama di bawah gue yang berasal dari Kabupaten. Kalau pun ketendang, seengaknya dia ketendang duluan gituuh =)) hahaha... dan, nama orang itu adalah... Bintang. Nggak perlu gue sebutin nama lengkapnya, ya.
Dari situlah, gue akhirnya memutuskan untuk mulai nulis. Lagian, udah lega juga karena gue udah keterima di sekolah negeri. Akhirnya, resmi lah gue pakai nama Bulan dan Bintang itu di novel ketiga ini. Bintang ini cantik, anaknya kalem, tapi dari wajahnya keliatan banget kalau dia ini anemia.
Waktu terus berjalan, dan halaman yang gue tulis pun makin bertambah. Sampai akhirnya, gue ketemu tanggal 16 Juli 2012, itu adalah kali pertama gue dateng ke SMA N 5 Tng untuk persiapan MOS tiga hari ke depan. Di sana, dikasih tau kalau gue masuk ke lokal berapa, dan apa aja yang harus dibawa untuk MOS. Capeeek, deh... mana telat pas itu. Deg-degan juga sih, karena sempet kepikiran, apa nanti gue dapet temen? Apa nanti bakal ada yang seasik temen-temen SMP? Karena gue lihat, dikit banget murid dari SMP gue yang masuk ke sini.
Gue skip deh cerita tentang persiapan MOS-nya. Yang pasti, di hari itu, gue ketemu Olif, temen baru gue yang langsung ngajakin gue buat jadi temen sebangku nanti. Sip. Yang nyebelin di hari pertama juga ada sih...
Habis ada pengenalan gitu di dalam kelas, kita disuruh duduk-duduk di lapangan untuk lihat demo eskul. Sebelumnya, kita harus baris dulu di depan kelas biar rapih. Gue liatin muka-muka culun dan polos temen-temen baru gue. Banyak yang ngeluh capek juga. Habis itu, baru deh, kita turun ke lapangan. Daaaan, saat di lapangan, ada anak cewek yang nyamperin gue. Gue familiar sama wajahnya. Dia satu kelas juga sama gue. Tapi, gue nggak tahu namanya siapa. Terus, dia duduk di samping gue sambil ngelap keringat gitu.
"Gue sama lo aja, ya... Gue bingung. Nggak punya temen." Kata dia tiba-tiba.
Gue ketawa garing gitu, terus gue bilang, "bukan nggak punya, belum punya. Kita kan, masih baru. Jadi belum kenal banyak orang." Bales gue. "Oh ya, namanya siapa?" gue coba buat kenalan.
"Bintang. Kalau lo siapa?"
W-h-a-t??? Dia kan...
Terus, gue langsung excited banget gitu, yaaaa... wkwkwk... serius deh, waktu itu, gue langsung kayak ikan di daratan gitu deh. Megap-megap, terus dengan semangat gue ceritain kalau gue liat nama dia ada di bawah nama gue pas di web pendaftaran SMA. Dianya sih... biasa aja, malah kayaknya ngeliat gue dengan tatapan aneh gitu T-T #AkuRapopo.
Habis itu, kita bertiga (gue, Olif, Bintang) mulai muter-muter ke setiap stand eskul. Bintang keliatan nggak antusias. Akhirnya dia bilang, "gue itu cepet capek. Gue nggak bisa kepanasan." Gue agak prihatin sih, apalagi gue suka nyium badannya itu bau obat gitu /entah bau obat apa/. "Gue sebenernya nggak mau masuk sini. Tapi, NEM gue malah masuknya ke SMA ini. Gue penginnya masuk SMA Negeri 4 Pasar Kemis." Itu katanya, soalnya lebih dekat dengan rumahnya.
Ya, oke. Habis itu, gue mulai cerita kalau gue lagi nulis novel yang nama tokohnya itu Bintang. Dia ketawa gitu, terus bilang, "lo harus bayar ke gue. Masak, nama gue di pake-pake."
"Enak aja. Nama Bintang kan, bukan cuma satu doang!" Gue ketawa juga.
"Tapi, tadi di cerita lo, katanya lo memutuskan buat pake nama Bintang gara-gara liat ada nama Bintang di web pendaftaran!" Bintang nggak mau kalah. Habis itu, kita ketawa-ketawa gaje gitu, deh. Menurut gue, dia orangnya asik.
Pas pulang, Bintang minta gue temenin dia buat nungguin mamanya jemput. Lumayan lama sih, tapi akhirnya mamanya dateng juga sambil bilang jutaan terimakasih sama gue karena katanya, udah mau nemenin Bintang. Mamanya juga bilang, kalau Bintang ini nggak bisa kecapekan dan mamanya seneng Bintang punya temen di sekolah barunya.
***
Gue sama Bintang makin lengket. Main bareng, bercanda bareng, dan gue selalu cerita tentang naskah novel yang gue tulis. Sampai pas udah mulai efektif belajar, kan ada pemilihan ketua kelas gitu (ini sih pas MOS deh pemilihannya), dan waktu itu nggak ada yang mau maju buat nyalonin diri, akhirnya gue maju dan nyebutin alasan kenapa gue mengajukan diri. Bla bla bla, deh... Setelah itu, mulai banyak yang mau maju, ada tiga orang dan semuanya cowok. Akhirnya, terpilihlah satu orang buat jadi ketua, dan gue waktu itu jadi Bendahara kelas. Bintang bilang, dia mantan bendahara. Jadilah, gue jadiin dia wakil bendahara.
Makin kesini, Bintang makin akrab sama temen-temen sekelasnya. Dia mulai membaur, gue seneng. Tapi, dia main sama seseorang yang nggak gue suka dari awal MOS (alasannya, pas MOS tuh orang pernah marah-marah gitu ke gue, padahal gue cuma nanya :/) *oke, gapenting*. Anehnya, Bintang makin akrab sama orang itu. Kalau boleh dibilang, Bintang jadi anak gaul banget. Pas diajak nagihin uang kas, dia nggak mau dan bilang, kalau nagihin uang kas itu tugas gue sebagai bendahara utama dan dia hanya wakil. Cara ngomong dia mulai berubah, jadi kasar dan demen nyeletuk gitu. Dia udah nggak pernah dengerin cerita gue tentang perkembangan naskah novel yang gue tulis...
Sedih. Pasti. Padahal, gue udah menaruh harapan besar buat temenan sama Bintang. Karena menurut gue, pertemuan gue sama Bintang ini kayak kebetulan yang indah gitu. Temen deket gue cuma Olif waktu itu. Olif jadi tempat gue buat cerita, terus, Olif juga pendengar yang baik :). Gue pikir, gue sama Bintang bakalan jadi temen deket gitu... Lama-lama, gue udah jarang ngobrol sama Bintang. Sapaan pun nggak. Sampai akhirnya, di semester dua, Bintang pindah sekolah ke SMA N 4 Pasar Kemis.
Gue nggak peduli. Bodo amat deh, dia mau pindah apa nggak. Tapi, kayaknya lebih baik dia pindah aja, selain sekolah barunya bakal lebih deket sama rumahnya, dia juga udah bukan Bintang yang gue kenal di awal. *ea ea ea*.
Dan, naskah gue yang diberi judul Let's Make a Wish ini selesai sebelum Bintang pindah. Sekitar dua bulan gue nulisnya. Dari Juli sampai Agustus. Gue nulis naskah ini dengan enjoy kok, tanpa beban saat nulis. Tapi, sempet agak nyesel sih, kenapa harus pake nama Bintang... toh, orangnya juga cuma bikin kecewa di akhir... /eh, nggak boleh gitu, Dy/
***
Berbulan-bulan sampai lewat satu tahun lebih, gue sama sekali nggak mikiran Bintang lagi. Di twitter pun, gue cuma liat tweet dia, tanpa niat buat nanyain kabar atau apalah. Terus, gue kode-kode gitu sih, gue update status juga di twitter pas dia lagi ngetweet juga, kali aja Bintang liat gue muncul di TL terus dia nanyain kabar gue. AHAHAHAHA... Tapi, ternyata nggak.
15 November 2014, sekolah nyerayain ulang tahun dan ngundang banyak artis, salah satunya ada Gleen Fredly. Rame banget yang hadir. Dan, saat itulah, menjelang jam 4 sore, kita mulai desek-desekan buat dapet posisi di depan karena Gleen bakalan muncul. Gue ngeliat seorang cewek. Bintang. Lagi berdiri sendiri di pinggiran panggung sambil ngeliat ke atas panggung gitu.
Refleks, gue manggil dia. "Bintang!" terus, kita jabatan tangan. Dia nggak berubah, dia tetep cantik dengan rambut panjang yang dia gerai. Terus, dia senyum gitu.
Gue tanya gimana kabarnya, sama gimana sekolah barunya. Eh, terus dia kayak bingung gitu ngeliat kanan-kiri. Oh, kali aja dia nyari temen-temennya yang ada di sekolah ini.
"Temen-temen lo kemana?" akhirnya, gue ngelontarin pertanyaan itu.
Dia senyum gitu, "nggak tau, deh. Gue nggak tau mereka ada dimana sekarang. Gue whatsapp nggak ada yang bales. Kayaknya, mereka nggak tau deh, kalau gue dateng ke sini."
Oh... kasian banget.
"Eh, lo nulis buku? Gila... judulnya apa aja? Gue belum sempet ke gramedia, nih. Udah ada dua, ya? Lo kok, hebat banget sih? Bisa nulis buku gitu, nggak capek?"
Gue jawabin semua pertanyaan dia."Oh ya, masih inget nggak sama naskah novel yang nama tokohnya itu Bintang?"
Dia ngangguk. "Gimana? Keterima naskahnya?"
"Iya, insyaAllah bakalan terbit juga. Tungguin ya, dan lo harus punya, Bint."
Habis itu, gue langsung pamit sama Bintang, mau nyamperin temen-temen gue yang udah ada di depan panggung. Bintang kikuk gitu pas gue ajak buat gabung sama temen-temen, terus dia nolak dan dia bilang, 'gue liat dari pinggir aja'. Padahal, kan nggak seru kalau nggak gabung ke tengah XD hahaha.. okelah. Itu pertemuan gue dengan Bintang yang selalu aneh, dan tak terduga. Seolah-olah, hanya kebetulan. Tapi mungkin, ini semua udah direncanain dengan baik olehNya :).
***
Walau Bintang yang ada di kehidupan nyata pernah mengecewakan penulisnya /ealah lebay/, semoga kalian yang baca buku ini, nggak kecewa yaaa sama Bintang yang jadi tokoh utama di buku ini!! ^-^ Walau tokoh-tokoh di buku ini ada di kehidupan nyata dan karakternya hampir sesuai, tetap saja ada bumbu fiksi yang terselip :)
Jangan lupa untuk menjemput buku ini di toko buku! :) Harga buku: Rp. 35.000,00.
PBC: LET'S MAKE A WISH - DYAH APRILIANI KUSUMAASTUTI |
Kak Dyyy.. masa cerita behind the scenes-nya bikin greget :D keep writing, kak Dy! Aku dah baca bukunya, yaaa :) seruuu abisss
BalasHapus