BUTUH SAHABAT PLUS PLUS?
Doc. Pribadi |
Buku itu layaknya seorang teman, kawan, atau
sahabat, terserah kamu menyebutnya apa. Suatu ketika ia dapat membuatmu tertawa
terpingkal, suatu saat lagi ia dapat membuatmu menitikkan air mata atau
menangis tersedu. Dan hebatnya, di suatu ketika lagi ia dapat menjadi sosok
yang menjelma seperti motivator yang dapat memompa semangatmu dan memberikan
inspirasi.
Sama seperti orang-orang yang berada di sekeliling
kita, yang menamakan diri mereka teman, kawan, atau sahabat. Semakin banyak
kamu membaca buku, akan semakin banyak teman yang kamu punya. Tapi, semakin
banyak temanmu, belum tentu semakin banyak pula buku yang kamu baca. Jadi,
teman dan buku itu lebih penting yang mana? Hanya kamu sendiri yang bisa
menilai dan memutuskan.
Awal aku jatuh cinta pada buku bukan karena aku
tidak memiliki teman hingga akhirnya melarikan diri kepelukan buku-buku. Bukan.
Tapi, karena aku membutuhkan sesuatu yang bisa selalu menemani dan memberikanku
wawasan lebih. Kurasa, teman, kawan, atau sahabat, sehebat apapun mereka, bisa
saja sewaktu-waktu tidak bisa hadir di sisi kita saat kita membutuhkannya. Tapi
berbeda dengan buku. Kamu bisa terus bersamanya kalau kamu tidak
meninggalkannya. Bandingkan dengan teman, kawan, atau sahabatmu. Mungkin mereka
akan meninggalkamu juga saat kamu meninggalkan mereka.
Aku mulai menyadari memiliki ketertarikan dengan
buku saat aku baru saja resmi menjadi siswi SMP. Aku hapal betul, sedari SD,
aku tidak terlalu menyukai kegiatan membaca. Aku hanya membaca cerita-cerita
pendek yang ada di buku pelajaran Bahasa Indonesia, itu pun karena ada
illustrasi yang menarik. Selain itu, aku masih belum jatuh cinta pada buku,
lagi pula saat itu, buku masih menjadi barang mahal bagi keluargaku.
Beranjak SMP, ada perasaan was-was bagaimana kalau
aku akan tumbuh jadi remaja yang biasa saja. Sampai akhirnya, aku mulai mencari
apa yang menjadi cita-citaku di masa depan. Aku mau merubah cita-cita lamaku
yang kalau ditanya mau jadi apa, aku akan jawab dokter dan menyertakan alasan
umum seperti, mau menyembuhkan orang-orang yang sakit. Sampai aku tiba di hari
orangtuaku mengajakku pergi ke toko buku besar di sebuah mall. Aku menyadari
satu hal, membaca bisa memperluas wawasan dan memberikan dampak positif
lainnya. Kuambil satu buku dengan sampul yang menarik. Buku berjudul
‘Mengarang, Yuk!’ karya Renny Yaniar. Kubuka lembaran lebarnya dan menghirup
aroma asing. Ya ampun, wangi buku baru sangat enak dan menenangkan. Berbeda
dengan wangi halaman buku yang ada di perpustakaan SD-ku dulu. Kalau aku mencium
lembarnya, aku pasti bisa bersin-bersin.
Mulai
hari itu, aku jatuh cinta pada buku. Memang sih, buku yang kubeli merupakan
buku cerita bergambar yang penuh illustrasi dan full color. Dan menurutku, ini merupakan cara efektif untuk membuat
seorang anak menyukai kegiatan membaca. Perlahan-lahan, kalau anak sudah suka
membaca, ia akan melahap buku apapun.
Untunglah, aku mendapatkan pengalaman pertama yang
menyenangkan dan menginspirasi ketika telah selesai membaca buku bergambar itu.
Walau aku iseng membacanya dari halaman akhir, hehehe, biar tahu akhirannya
seperti apa. Dan, setelah membaca buku itu, aku mendapat pencerahan baru. Aku
kagum dengan orang yang telah menuliskan kisah itu dengan sangat imajinatif.
Dan, dari situlah, aku terinspirasi untuk menjadi penulis pula. Kuganti
cita-cita awalku. Aku bercita-cita menjadi penulis, pengusaha dibidang kuliner,
dan diplomat. Itu cita-citaku waktu aku SMP. Dan, aku mencoba membeli buku baru
lagi setiap bulannya. Aku semakin ingin menjadi penulis ketika membaca buku
yang bagus atau pun buku yang kurasa ceritanya kurang bagus. Hehehe. Kalau aku
membaca buku yang endingnya tidak
sesuai harapanku, aku jadi gregetan untuk menulis cerita fiksi dan membuat
cerita sesuai dengan kemauanku. Dari membaca bukulah, aku bisa mencapai
impianku, salah satunya memiliki novel solo. Alhamdulillah, itu semua telah
terwujud di tahun 2014. Terhitung dari tahun 2009 aku baru menyukai kegiatan
membaca.
Selain bisa menjadi penulis (yang awalnya dari suka
membaca buku), aku juga merasakan dampak positif lainnya. Setidaknya, uapanku
lebih berbobot, dan pemikiranku lebih matang. Aku juga tidak akan kehabisan
bahan perbincangan kepada orang lain. Kalau aku bertemu dengan seseorang dari
fakultas ekonomi, aku bisa membuka percakapan dengan sebuah isu yang lagi
hangat. Walau aku bukan pakarnya, aku hanya mengetahui isu itu karena aku
membaca. Yang terpenting, pertemananku lebih meluas karena aku suka membaca.
Para blogwalking
yang budiman, hidup ini seperti dua sisi koin. Ya, intinya ada suka pasti
ada duka. Gara-gara buku yang kubaca, aku pernah tidur di pagi hari karena
penasaran dengan jalan ceritanya. Hal itu berakibat pada kesehatan. Paginya aku
bangun dengan kepala pusing dan mata lengket (karena masih ngantuk, tapi tetap
harus sekolah). Walau aku sering punya pengalaman baik ketika membaca buku
(entah itu merasa tambah senang atau pun tambah termotivasi), aku juga pernah
kehilangan buku-buku yang kumiliki. Memang ada beberapa teman yang meminjam
lalu mengembalikannya dalam keadaan rusak kavernya karena terkena air hujan,
atau pun sobek. Tapi, ada lagi yang lebih menyedihkan, setidaknya itu
menurutku.
Di Maret 2016 ini, aku dan kakak-kakakku harus
merelakan beberapa buku koleksi kami yang sudah ditimbun dari 2009. Sebetulnya,
berat sekali kalau harus melepaskan kawan baik kami itu. Mereka sudah lama
sekali tinggal di rumah kami dan berbagi tempat tidur dengan kami (karena
kadang kami memang suka membaca buku di tempat tidur menjelang tidur malam).
Karena terpaksa, aku dan kakakku menjual buku-buku koleksi kami. Sekitar 100
judul buku lebih kami lepas. Aku mempromosikannya pada teman-teman dan juga
mempostingnya di social media. Ada
banyak yang membeli buku koleksiku dan kakak. Kami senang sekali, setidaknya
uangnya bisa kami pakai untuk menutupi kebutuhan. Ya, kami harus menjual mereka
karena ada sesuatu yang mendesak yang harus dibayar. Saat itu, keuangan
keluarga kami memang sedang tidak stabil.
Ya, setidaknya aku selalu menguatkan diri dengan
berkata, buku-buku itu bisa terus bermanfaat untuk orang lain kalau aku tidak
memendamnya di rumah terus menerus.
Buku yang telah kita baca akan menjadi bacaan baru
untuk orang yang belum pernah membacanya. Mulailah membiasakan diri untuk
membaca (baca buku yang penuh dengan gambar pun tak masalah!) dan kamu akan
merasa cemas ketika dalam satu minggu tidak ada buku yang kamu baca. Pasti
bikin kamu jadi ketagihan dan mendapat pengalaman baru!
NB: Lomba ini diikutsertakan dalam lomba menulis di blog Mukhofasalfikri.com dengan tema menulis pengalaman membaca.
Komentar
Posting Komentar