POTONGAN KACA

Belum selesai urusan gue di sekolah (ngurus cap sekolah di rapot, perangko untuk pengiriman hasil UN, dan pengumumpulan kartu SNMPTN) gue bertemu dengan seorang cewek, pakai kerudung plus kacamata di ruang tunggu sekolah tercinta, SMA Negeri 5 Tangerang. Cewek itu namanya Adel. Kita langsung saling sapa, dan Adel sempet tanya-tanya juga dimana tempat untuk ngumpulin amplop+perangko. Nggak lama setelah itu, kami berdua duduk di ruang tunggu, dengerin suara gemericik air yang ada di tengah sejuknya SMA N 5 ini. Kita lagi nunggu satu personil lagi biar lengkap, yaitu Dicky. Gak lama, Dicky datang. Dengan segala keceriwisannya dia curhat tentang perjalanan dia dari rumah sampai ke sekolah. Mendadak, suasana ruang tunggu jadi gak syahdu lagi, melainkan berisik oleh tawa dan obrolan kami bertiga.

"Eh, di mana sih tempat beli kaca?"

Otomatis, gue sama Dicky serempak ngelongo pada Adel. Kaca apaan?

Ternyata oh ternyata, saat Ujian Nasional tingkat SMA kemarin, Adel nggak pakai papan untuk ujian, melainkan mengganti papan itu dengan kaca yang ada di pigura. Hahahaha... lucu nggak, sih? kreatif, ya? Tapi masalahnya, kaca bingkai itu bagian bawahnya kepotong membentuk seperempat lingkaran gitu. Adel bilang, kaca ini nggak sengaja kepotongnya. Lalu, dia nggak berani untuk bilang ke Ibunya, jadi, dia beralasan kalau kaca bingkai ini tertinggal di sekolah.

"Gimana gue bilang sama mak gue?"

Waktu itu, Adel emang nanya-nanya terus dimana tempat jualan kaca. Gue sama Dicky yang cuma doyan makan, ya mana tau toko yang cuma jualan kaca bingkai. Tapi, kalau Adel nanya, mana tempat mie ayam atau baso yang enak, kita bisa kasih tau. Hahahaha :D

Kita berdebat disitu, pokoknya dengan segala ketoa-an Dicky, tuh anak ngomong tapi kayak maki-maki Adel. Gue juga gak mau kalah untuk memperkeruh suasana. Gue menyalahkan sikap Adel yang malah berbohong sama Ibunya.

"Jadi gimana? Ada yang mau anterin gue gak? Duit gue cuma 25rb, nih." Adel kesel juga karena dari tadi kita berdua kayaknya gak berguna banget, padahal dia lagi butuh bantuan.

"Del, yaampun, 25rb. Mana cukup buat beli bingkai baru?" gue pesimis duit segitu bisa dapat bingkai baru. FYI, saat itu gue cuma bawa duit 3200 (3000 nya udah habis buat beli perangko). Sisanya berapa? Yup, 200 perak.

"Kalau beli kacanya doang, boleh gak?"

Serempak kita semua bilang "gak!" Ya, mana bisa sih, beli cuma kaca bingkainya aja? #AdelMahGituOrangnya. Wkwkwkwk...

Setelah lama adu otot, dan waktu udah menunjukkan pukul 11 siang, gue pun ngajak Adel buat ke fotokopian terdekat. Kali aja jualan bingkai juga.

Di fotokopia pertama, ternyata kaca bingkai yang Adel bawa gak pas di bingkai mana pun.

"Emang ukuran bingkainya berapa?" tanya penjualnya.

"Hm, saya nggak tau," jawab Adel polos.

Lanjut lagi, muterin Perum sampai berhenti di sebuah toko yang menjual bingkai, lukisan, karikatur, etc. Awalnya, ragu sih, buat masuk ke situ, karena tempatnya lumayan kotor dan juga berantakan.

"Permisi... Pak... Pak..." di dalam toko nggak ada siapapun, tapi ada sebuah pintu. Gue duga pemiliknya ada di dalam.

"Coba liat-liat dulu aja del, bingkainya," kata gue. Lalu, gue coba panggil bapak pemilik toko itu. Nggak butuh waktu lama, muncullah bapak paruh baya yang ke luar dengan senyum sumringah.

"Cari apa, Dek?"

Adel pun mengutarakan maksudnya. Dia cari bingkai, yang kacanya seukuran sama kaca yang dia punya, bahkan potongan kaca yang berpisahnya ia tunjukkan.

"Oh, hm... hmm..." bapak itu tampak melihat-lihat keadaan di toko. Dia mencoba tiap bingkai yang ada di atas meja, lalu bilang, "sini, Bapak ukur dulu panjang sama lebarnya." Ternyata, ukurannya untuk lebar 25,5 dan panjangnya 30.

Beberapa menit berlalu, "nggak ada nih, Dek. Harusnya cari di tempat kaca biar dibikinin."

"Oh, kalau pesan disini bisa gak, Pak?" tanya Adel, penuh harap.

"Wah, di sini nggak bisa. Cuma bisa pesen lukisan aja." Bapak itu tertawa kecil.

Oke, perjalanan berlanjut. Kali ini ke tempat cuci foto. Ini ada tempat ketiga yang dikunjungi. Agak malas cerita di bagian ini, pasalnya, Mbaknya jutek sekali. Hehehe :D padahal banyak bingkai di tempat itu, tapi Mbaknya bilang, "Nggak ada." Pas kita tanya, "Mbak ada bingkai ukuran lebar 25,5 dan panjang 30 nggak?"

Hfff~ Ya udah deh, kayaknya udah mulai terik, jadi Mbaknya juga udah nggak bisa ramah dalam melayani. Dia mungkin 'butuh aqua'. :D

Lanjut ke toko ke empat. Kali ini toko buku. Ini tempat langganan Bapak gue kalau beli ATK. Hehehe... Petugasnya ngeluarin beberapa bingkai, tapi nggak ada yang cocok dengan kaca yang Adel maksud.

"Wah, susah dek kalau mau disamain gitu. Kan, tiap bingkai tuh beda-beda ukurannya."

Oke, kita pun ke luar dari toko. Gue langsung naik ke motor, ngajak Adel buat muterin pasar dekat sekolah, kali aja ada yang jualan kaca atau tempat foto kopian lagi. Tapi, pas itu Adel bilang, "gue pulang aja."

Lho?

"Gapapa, nanti gue cari lagi, deh. Kayaknya nggak ada, susah nyarinya mau di mana lagi. Nggak ada yang cocok." Adel lesu banget. Dia udah kayak kehilangan harapan dan semangat.

"Yaudah gue nanti langsung naik angkot aja."

Terus, gue berusaha untuk ngajak Adel ke tempat foto kopian dekat rumah gue yang lumayan besar. Kali aja di sana lebih komplit. Tapi, kata Adel, "nggak usah deh, takut nggak ada lagi." Dia sepertinya sudah lelah.

Jadi, gue langsung mundurin motor dan nyalain mesin. Saat gue mendongakkan kepala itulah, gue langsung merasa meneumukan jalan. Sumpah, ini pasti bukan kebetulan. Ini pasti udah direncanain oleh-Nya. Di depan mata gue langsung, gue liat sebuah plang bertuliskan 'TOKO KACA HARAPAN JAYA'.

Yaampun! Ya, mungkin ini seperti sinetron. Tapi, gue emang ngerasain ini asli banget, terjadi di kehidupan gue. Terus, gue langsung heboh, ngasih tau Adel. Adel langsung senang, kayak masih gak percaya gitu.

"Yaampun, bener-bener toko HARAPAN banget, Del," kata gue, ikut senang.

Toko itu terhalang beberapa ruko dari toko yang baru gue datangi, dan letaknya ada di seberangnya. Adel langsung naik ke motor, dan kita tancap gas biar langsung sampai.

Life is like a cinema.

Yap, bener banget. Ternyata di sana jualan kaca, mulai dari cermin, etalase kaca, dan banyak lagi yang berhubungan sama kaca. Adel langsung nunjukin kacanya, dan salah satu Mas-nya langsung ngukur ulang. Ternyata, ukurannya pun sama seperti ukuran yang Bapak di toko sebelumnya ukur.

Dan, Mas itu memotong kaca berukuran sedang hingga sama seperti kaca milik Adel. bener-bener jadi sama persis. Pinggirannya yang terpotong digesekkan oleh suatu benda, yang menghasilkan permukaan kaca jadi nggak tajam lagi. Dan, harganya pun 15rb. Wah, baik banget deh pelayanannya juga! Kita bahkan sempet curcol ke mas-nya -_- *halah, curhat mulu lo, Dy*

Terus, Adel nanya, "gue mau ke Alfa. Lu mau minum apa?"

"Eh, gue kan nggak ada uang, Del."

"Gue beliin. Kan ini ada sisanya." Duh, Adel kok tau aja, pas itu gue juga haus dan nggak ada minum.

"Nanti buat ongkos pulang lu ada?"

"Ada kok itu mah."

Dan, gue pun ditraktir Adel minum! Huehehee :3 Pas banget, di depan toko kaca itu ada Alf*mart.

Dan, di hari itu, gue pun menceritakan kejadian ini ke Bapak, Ibu, dan Kakak gue. Rasanya habis aneh aja gitu, kayak keajaiban banget. Pas lagi putus asanya, tiba-tiba langsung kayak dapat keajaiban dan akhirnya bikin semangat lagi.

Itulah, kadang kita nggak tahu kan, sesuatu yang kita lakukan itu kedepannya akan seperti apa. Sang Pemilik Kehidupan selalu punya rencana indah+ kejutan untuk tiap makhluknya. Manisnya perjuangan akan terasa di akhir. :-)

Pernah kan, ngalami kejadian kayak gini? Kalau pernah, coba ceritakan! :D

See see see in next post,

Dyah Apriliani.


Komentar

  1. pernah banget dyah XD entar gue ceritain ke anak gue di masa depan XD

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

[REVIEW BUKU-SHOOTING STAR BY VERONICA GABRIELLA]

[REVIEW] NOVEL MR AND MRS WRITER BY ACHI TM

RESENSI FANTASTEEN SCARY-HALTE ANGKER- BY DYAH APRILIANI