Butuh Semangat Baru...

Tahu, rasanya ketika apapun yang digagas oleh otak tak pernah di tanggapi oleh mereka? Mungkin terlalu sombong kalau aku meminta mereka untuk menanggapinya, tapi setidaknya, apakah mereka mendengarkan?

Pernah tahu, bagaimana rasanya ketika dirimu seolah-olah hanya kertas putih tanpa noda tinta yang sudah lusuh dan lecek yang terbang terombang-ambing mengikuti kemana sang angin bertiup di tengah-tengah langkah kaki manusia yang ramai dan asik bercengkrama dengan teman-temannya, pernah tahu rasanya seperti apa? Sesakit apa?

Ketika tak ada yang menanggapi dirimu sama sekali, tak ada yang mau berteman. Yang menganggap dirimu memang hanya kertas putih yang lusuh itu, yang sudah lecek itu. Ketika mereka merasa tanpamu, semua akan tetap berjalan baik-baik saja.

Aku coba menghadapi semua dengan senyum getir, walau rasa takut masih menggelayuti dada. Rasa takut masih menghantui di setiap langkah kaki bergerak memasuki gedung bertingkat dua itu, sekolah. Rasa takut tidak memiliki teman, dikucilkan, apakah mereka tidak tahu kalau di dunia ini, tidak ada orang yang ingin betul-betul sendirian. Tetapi, mereka makhluk jenis apa yang tega melakukan itu?

Membiarkan diriku bagaikan kertas yang selalu sendirian, tak ada yang mau mendekat atau sekedar memungutku untuk bersama mereka walau sejenak.

Memangnya aku seburuk apa? Memang aku membawa penyakit berbahaya apa? Atau... ada yang salah dengan masa laluku, hingga mereka tak ingin mendekat. Bahkan, mereka menganggap seolah-olah aku tak ada disitu, padahal wujudku nyata di sana.

Kuletakkan telapak tangan ke dadaku. Entah kenapa aku merasakan sesak sekali dibagian ini. Kesulitan bernapas atau memang udara di sekelilingku tersedot oleh mereka yang serakah, rakus, dan curang!

"Hari ini gue seneng banget!" itu ucapan salah satu dari mereka. Mengucapkannya dengan raut wajah, yang.... tentu saja diselimuti perasaan bahagia.

Aku juga mau mengucapkan hal seperti itu, tapi, kapan? Dan, karena apa? Belum  ada yang membuatku senang selama di sekolah ini.

Adaptasi. Kenapa kata itu terasa sulit untuk dipraktikan? Dan, ketika aku mencoba untuk beradaptasi, kenapa banyak hal yang membuatku enggan untuk beradaptasi? Rasanya, ingin cepat-cepat keluar. Rasanya tidak betah berada di sebuah ruangan bersama mereka walau hanya lima menit. Satu menit pun aku sudah bosan! Muak.

Dan sekarang, aku harus apa? Terjebak di neraka junior yang tak berujung ini, membutuhkan kesabaran berapa watt?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

[REVIEW BUKU-SHOOTING STAR BY VERONICA GABRIELLA]

RESENSI FANTASTEEN SCARY-HALTE ANGKER- BY DYAH APRILIANI

[REVIEW] NOVEL MR AND MRS WRITER BY ACHI TM