Cerita di Hari Jumat dan Kebahagiaan Lainnya...

Hari jumat adalah hari yang bisa mencetak tawa lebar di wajah gue. Beda banget sama hari senin, biasanya kalau hari senin, wajah gue bakalan datar dan gak bergairah *eah, lebay gitu, kan*. Tapi, kalau udah hari jumat, rasanya senyum atau tertawa itu nggak berat! Ini merupakan senyum semangat untuk menyambut weekend!

Oke, di postingan kali ini, gue mau menceritakan apa aja sih, yang terjadi di hari jumat yang kemarin gue jalanin. Dan, gue juga mau ngebahas pertanyaan yang mampir di inbox facebook gue yang isinya:
"Kakak kan udah nulis buku. Terus, gimana perasaan Kakak? Apa kata-kata orang di sekitar Kakak? Apa Kakak juga jadi terkenal di sekolah?"

Wah, agak nggak selaw gitu ya, fontnya. Hehehe.. kurang lebih isinya begitu. Sebenarnya, itu pertanyaan udah lampau. Tapi, kayaknya seru ngebahas hal ini. Muehehe... :3

***

Hari jumat gue dimulai dengan gue bangun nggak kesiangan! Yeay! Gue melakukan ritual pagi seperti biasa, dan langsung berangkat ke sekolah mengendarai motor hijau hitam yang senantiasa bersama gue. Hawa dingin oun menemani gue sepanjang perjalanan menuju sekolah.

Oke, sepertinya bagian ini nggak terlalu penting. Gue lanjut ceritanya pas dibagian bel istirahat.

Gue sama teman semeja gue, Mia, memutuskan untuk pergi ke perpustakaan buat menengok keadaan Bu Susi cari-cari buku. Gue sih, ga niat buat nyari buku sebenarnya, karena saat itu gue lagi baca buku judulnya 'Bukan Untuk Dibaca'. Nah, lho... bingung, kan? Buat apaan ya, kalau bukan untuk dibaca? Padahal itu buku lho, tapi kok judulnya kayak gitu. Nanti akan gue bahas di post selanjutnya tentang buku itu.

Di perpustakaan, ada Bu Susi yang sibuk bikin diagram peminjam buku setiap bulan. Gue sama Mia seperti biasa, ngoceh-ngoceh sama Bu Susi, bikin suasana perpustakaan yang sepi jadi ramai. Nggak lama, datanglah dua manusia eh adek kelas, ke dalam perpustakaan. Mereka berdua cowok, dan untuk salah satu dari kedua cowok itu, ada yang mukanya gak asing buat gue.

Gue sama Mia lebih memilih untuk duduk di karpet sambil baca buku. Nggak lama, salah satu dari kedua cowok itu duduk di ruang kosong *cielah* diantara gue sama Mia. Dia weird gitu, nengok kanan-kiri kayak lagi nyari emaknya. (Eh, sori... :))) Nah, yang duduk di samping gue ini wajahnya kayak gue kenal.

"Hai, Kak..." katanya, sambil ngeliat ke arah gue dan Mia.

Kita berdua jawab sapaan anak itu. Gue ngerasa aneh aja, sih... Pokoknya, jadi kayak kaku gitu deh suasananya.

Terus, karena gue merasa kenal sama orang itu, gue bilang gini. "Kayaknya gue kenal elu, deh..." gue coba inget-inget. Kali aja, dia juga kenal sama gue. /pret/. "Lu pernah menang kuis, kan? Waktu itu sama gue?"

Dia ngangguk. "Iya, Kak. Saya yang pas Maulid Nabi dapet uang 50 ribu." Dia senyum gitu, seperti sedang mengingat kejadiaan pas Maulid Nabi.

Bukan! Maksud gue sih, bukan yang itu. Dulu banget, pas ada acara dari Honda di sekolah, gue ngejawab pertanyaan dan diajak ikut tantangannya bareng anak itu. Dan, kita berdua dapet kaos sama gantungan kunci dari Honda.

"Yang kaos itu, lho... Honda," kata gue lagi.

Dan, dia langsung kayak inget gitu. Terus dia ngangguk-ngangguk.

Mia langsung nanya-nanya ke anak itu, dan kita kenalan. Dia memperkenalkan diri, namanya Dimas, anak kelas X IPS. Terus, dia nanya. 'disini ada komik nggak, sih?'. Lucunya, dia bilang dia suka banget baca, dan dia ngambil buku '25 Kisah Nabi', tapi pas gue sama Mia baca buku masing-masing, dari ekor mata, gue ngeliat dia hanya bolak-balik halaman buku itu. Sampe akhirnya gue tanya, 'katanya suka baca. Kok, cuman dibalik-balik gitu?'.

Dia ketawa, "saya mah, sukanya baca komik. Tapi, juga suka sih, baca buku islam gini. Soalnya, saya orangnya pengin tahuan."

"Oh, kamu udah lama sering ke perpus?" tanya Mia.

"Iya kak, saya mah, kalau istirahat gini, sering ke perpus. Baca-baca gitu. Dari pada di luar."

"Tapi, kok, aku jarang liat kamu, ya? Kan, aku sering ke perpustakaan juga."

"Eh, saya juga baru minggu kemarin kak, mulai sering ke perpusnya." Waakakakak...

Dan, ada obrolan sedikit setelah itu. Nggak lama, kami bertiga fokus sama buku masing-masing. Lagi-lagi, nggak lama, Dimas nanya lagi. "Kakak pada mau ambil jurusan apa nanti kuliah?"

Gue yang pertama jawab, karena Mia nggak buka suara. "Fk. Ekologi Manusia, Dimas, di IPB." Kata gue.

"Dih, kakak bukannya yang ngeluarin buku itu, ya?" dia agak heran. Mungkin, yang gue ucapin terdengar asing di telinga. "Kenapa nggak ngambil kayak... apa itu... broadcasting... eh apa itu... yang tentang nulis-nulis gitu...."

"Sastra?"

"Ah, iya itu. Kenapa nggak ambil Sastra Indonesia, Kak?"

Gue pun jawab pertanyaan dia itu. Habis itu, gue bilang lagi. "Gue bukan yang ngeluarin buku, kok. Gue yang nulisnya." Sumpahh... ini crispy abisssss... hahaha (karena garing sudah terlalu biasa).

"Iya, sama aja kan..."

"Beda. Yang ngeluarin mah penerbitnya. Saya yang nulisnya. Btw, udah baca belum?"

"Belum, Kak. Saya mah sukanya baca komik. Tapi, nanti deh, ya."

Habis itu, orang yang tadi masuk perpus bareng Dimas gabung bareng kami bertiga, mengisi ruang kosong yang ada. Dia ngambil buku tentang photoshop.

Karena nambah satu orang, kita kenalan lagi. Namanya Faisal, anak kelas X IPS juga. Kali ini, kita jadi rame nyudutin Dimas yang ngaku, pernah ikut ekskul Penyiar Radio di SMP-nya. Kita ledekin dia gitu, wahahaha... 

Setelah capek, kita ngobrol sama Faisal. Dia bilang, dia suka banget sama TIK. Pokoknya, buku-buku yang berhubungan sama TIK dia juga suka banget. Dan, setelah itu, kami berempat kembali hening, fokus sama buku masing-masing diiringi suara radio perpus yang memutarkan lagu-lagu Barat dan bersahut-sahutan dengan ketukan jemari Bu Susi.

"Ada yang tau lagu ini?" tiba-tiba, Faisal nanya setelah hening yang lumayan lama. Dia nanya judul dari lagu yang sedang diputar di radio.

"Nggak tau, deh. Mia, lo tau lagu ini nggak?" kata gue.

"Wah, aku kurang tau deh kalau lagu-lagu Barat gitu."

"Dimas, kan katanya lo penyiar radio ya dulu. Sering dong, muter-muterin lagu? Wawasan tentang musiknya luas, kaann... Terus, judul lagu ini apaan, Dim?" tanya gue habis itu ketawa karena ngeliat ekspresi wajah Dimas yang jadi bingung.

"Eh, iya, sih... ih, tapi saya mah mana tau lagu-lagu kayak beginian."

Dan, kami berempat ketawa-ketawa gaje gitu.

Sampai akhirnya, bel istirahat pun usai. Kami berempat langsung pisah, tapi sebelumnya Bu Susi bilang gini, "aduh, kalian mah... jangan cepet-cepet lulus, lah. Temenin Ibu. Ngapain juga ujian-ujian. Udah, di sini aja. Sepi nanti perpustakaannya."

Dan omongan Bu Susi kami sambut dengan sorakan kecil. Hehehe... Sebenarnya, bakal kangen juga sih sama perpustakaan ini :")

***
Sehabis istirahat, malah semakin banyak cerita-cerita seru yang gue alami! :""D Mulai dari ngelawak dan dibercandain sama guru. :'D gue udah kelas 12, dan yang pasti bakal dikangenin itu ya, guru-gurunya!

***

Nah, untuk jawaban dari pertanyaan di atas, gue mau jawab :)

Perasaan gue pas tahu naskah novel diterima aja udah senang banget, apalagi pas megang naskah yang udah jadi dalam bentuk novel. Bahagia tiada tara! Dulu, kalau kalian mau tahu, di 100 Impian yang gue tulis, punya novel solo adalah salah satu impian gue. Dan, sekarang, gue telah mencoret tulisan itu, yang artinya 'Done' :). Gue jadi semakin yakin, impian yang udah direncanakan dengan baik dan dilaksanakan dengan semangat, akan berubah jadi kenyataan. Padahal dulu, gue gak yakin kalau itu bakal terwujud. Tapi, ketika kita punya impian, kita akan punya harapan+semangat untuk segera merealisasikannya.

Kalau kata-kata orang sekitar, tentunya sangat beragam! Rata-rata sih, mereka turut senang dan bangga mendengarnya. Pas novel pertama gue yang terbit di seri Pink Berry Club berjudul I Miss You, Dad terbit, tetangga-tetangga yang ngeliat postingan gue di facebook, pada ngucapin selamat. Dan, waktu itu, pas malam minggu, banyak anak-anak kecil yang masih SD-SMP yang datang ke rumah. Nanya-nanya ini dan itu. :) Walau, ada juga yang keliatannya nggak suka ketika tahu novel gue terbit. :) Tapi, ngapain buang-buang waktu dan pikiran untuk fokus sama orang yang nggak suka melihat kebahagiaan kita? Lebih baik, fokus aja meladeni orang-orang yang memberikan apresiasi kepada kita. Itu lebih berguna tentunya.

Dan, untuk masalah, apakah gue jadi populer di sekolah setelah nerbitin novel?
Jujur dari lubuk hati yang paling dalam sedalam samudera /eh/, gak ada niatan sedikit pun untuk jadi anak populer di sekolah. Karena, gue pun orangnya biasa aja, gitu. Nggak seru-seru amat kalau diajak buat jadi anak gawl gitu. Gue nggak tertarik tuh, buat jadi orang populer atau apalah karena kegawlannya. Saat novel pertama gue terbit, gue diminta oleh Pak Syafrial untuk berdiri di lapangan pas pengajian hari jumat pagi, buat ngomongin novel pertama gue ini. Apa setelah itu, jadi makin banyak yang deketin gue atau apalah itu? Nggak, tetap biasa aja. Hanya ada beberapa yang mengucapkan selamat, terutama dari temen-temen seangkatan, tapi banyaak juga yang biasa aja nanggepinnya. Emangnya, apa istimewanya jadi penulis novel? Mungkin itu anggapan dari mereka. Hihihihi :D

Tapi, setelah itu, gue jadi sering dipanggil 'penulis' sama guru-guru atau temen :"). Yang sangat membuat gue terharu, ketika guru-guru di sekolah hampir semuanya antusias pas tahu gue udah nulis buku. Pernah pas itu, gue ditahan jangan pulang dulu buat ditanya-tanyain ini-itu. Gue jawab dengan suka hati sesuai sepengetahuan, tapi agak grogi juga karena yang nanya guru sendiri. Salah-salah ngomong nanti nilainya dikurangin /eh, lebay/ hahahaha... 

Menurut gue, populer itu hanya bonus yang mengikuti. Yah, karena niat awal gue memang ingin berbagi saja. Berbagi cerita yang mungkin isinya dapat menghibur atau membuat yang baca dapat mengambil amanatnya. Karena gue tahu, tulisan lebih dapat menyentuh daripada omongan. /ini apa, hahahaha/ jadi, gue pengin banget menuliskan cerita yang kisahnya itu dapat dijadikan pelajaran. Terus, gue juga pengin, setelah tahu gue sudah berhasil untuk melawan rasa malas ketika menulis, adik-adik di sekolah atau pun teman-teman, jadi semakin semangat untuk melangkah menjadi penulis bersama gue. Gue sangat akan terbuka kalau kalian ingin tanya-tanya tentang menulis (yah, mungkin, gue bisa berbagi sedikit yang gue ketahui), atau pun sharing pengalaman. Gue pengin, adik-adik/teman-teman khususnya di SMA Negeri 5 Tangerang yang suka menulis, jadi semakin yakin, kalau impian kalian jadi penulis itu BUKAN HAL MUSTAHIL! untuk diwujudkan.

Oke, gue pernah gagal. Cerita yang gue kirim sering di tolak (apalagi kalau kirim ke surat kabar). Gue juga sangat sedih kalau sedang di posisi itu. Tapi, seengaknya gue sedih karena gue belum mampu (maksudnya, harus terus latihan lagi biar tulisannya lebih bagus dan berkualitas), bukan karena gue nggak berani untuk memulai. C'mon... Akan sangat cemen kalau pada akhirnya kita bersedih dan menyesal hanya karena kita TIDAK BERANI UNTUK MEMULAI!

Tapi, ketika impian-impian kalian mulai terwujud, jangan pernah ada kata puas. Kejar lagi, impian kalian yang lain. Lakukan semuanya dengan niat yang baik.

Ingat, semua ini juga awalnya hanya impian yang gue tulis di kertas. Dan, gue sudah berani untuk mulai merealisasikannya. Bagaimana dengan kalian?

Salam penuh semangat,
-DyahAPR-
08/02/2015.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

[REVIEW BUKU-SHOOTING STAR BY VERONICA GABRIELLA]

[REVIEW] NOVEL MR AND MRS WRITER BY ACHI TM

RESENSI FANTASTEEN SCARY-HALTE ANGKER- BY DYAH APRILIANI