BALON-BALON IMPIAN
Sore itu, langit mulai mendung. Awan hitam dengan seenaknya menggantikan posisi awan putih. Tapi untungnya, tidak ada setetes air pun yang jatuh dari langit. Aku merapatkan jaket biruku, karena tiba-tiba saja suasana menjadi dingin. Walau langit mulai gelap, tapi tak ada niat sedikit pun untuk pergi dari tempat ini. Kamu tahu mengapa? Karena aku masih menunggumu di sini. Di bukit kecil ini. Aku yakin, kamu pasti datang. Kamu kan sudah berjanji padaku, dan aku yakin, kamu tidak akan mengingkari janjimu itu. Terdengar langkah kaki mendekat dan aku tahu itu pasti kamu. Benar saja. Kamu berlari terengah-engah, membungkukkan tubuh untuk mengatur napas, dan melemparkan wajah yang sulit untuk kutebak. “Ada apa, sih?” tanyamu. Dari nada suaramu, aku dapat menyimpulkan kalau kamu sedang kesal denganku. “telepon tiba-tiba dan nyuruh aku ke sini!” Aku tersenyum manis yang mungkin tidak berarti apa-apa untukmu. “Main layangan, yuk!” tak kuindahkan pertanyaanmu itu. Tanpa berdosa,...